Recent Posts

    Kisah Penjahat Berdasi

    Penjahat Berdasi
    Ketika aku duduk ditempat yang sunyi sendiri, kulihat seseorang datang menghampiriku. Jika ia tidak memasang muka yang sinis, ia terlihat seperti orang kantoran, tapi nyatanya ia lebih pantas disebut sebagai penjahat berdasi. Tanpa basa-basi, kami berdua saling bercengkrama. Kami berdua terlihat seperti sudah akrab, padahal kami berdua saling mencurigai. Kami mulai membicarakan sesuatu yang kurang penting dan sulit untuk kumengerti. Ia berbicara seperti seorang intelektual. Tangannya bergerak kesana-kesini membuktikan bahwa orang ini benar-benar seorang intelektual.

    Tiba-tiba orang yang lebih pantas disebut penjahat berdasi itu mengorek-ngorek tasnya yang digelantungkan di badannya, lalu mengeluarkan sebuah benda aneh dari dalam tasnya. Benda aneh itu berwarna hitam pekat berbentuk melengkung sedikit memilki sudut ditengahnya, bisa dibilang benda aneh itu namanya bumerang. Benda aneh itu ia berikan padaku, lalu ia menyuruhku untuk melemparkan bumerang itu keatas langit. Ketika bumerang ditanganku, aku mencoba melemparkan bumerang itu keatas langit seperti yang ia perintahkan. Tidak lama setelah bumerang itu dilemparkan keatas langit, tak lebih dari 15 detik bumerang berwarna hitam pekat itu jatuh lagi. Lalu orang itu berkata, "hey kamu melemparnya terlalu keras." Aku mencoba lagi untuk melemparkan bumerang itu keatas seperti yang sebelumnya di perintahkan.

    Kali ini aku melemparnya lebih pelan dari sebelumnya agar bumerang itu tidak terlalu keras meluncur keatas. Tapi faktanya, bumerang itu meluncur lebih tidak pantas dari sebelumnya. Lalu orang yang kusebut penjahat berdasi itu berkata lagi, "hey, kamu terlalu lemah melemparkannya." Aku mengambil bumerang itu lagi, lalu mencoba untuk yang ketiga kalinya, aku melemparkan bumerang itu dengan setengah keras dan setengah pelan. Bumerang itu meluncur keatas langit dengan apa adanya. Dan orang itu sekali lagi masih menggangap aku salah melemparkannya. Aku bepirkir, kenapa orang ini menyuruh demikian. Melakukan sesuatu yang tak pernah aku kuasai, sesuatu yang tak pernah kulakukan sebelumnya. Wajahku sedikit menggerutu menetap ke orang yang sok pintar di hadapanku. Aku ingin sekali memakainya, tapi aku sadar, itu hanya tindakan bodoh jika harus ku lakukan. Sangat tidak pantas jika aku harus berani kepada seseorang yang lebih tua setengah abad dariku. Ia menatapku dengan sinis, seakan-akan aku musuh abadinya.

    Lalu penjahat berdasi itu menyuruhku lagi untuk melemparkan bumerang itu dengan sesempurna mungkin. Dalam hati aku marah. Aku telah melakukan semuanya, tapi dihadapannya, yang kulakukan masih saja salah. Aku melakukan seperti yang ia perintahkan. Perlahan aku mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk melemparkan bumerang itu untuk yang ke-empat kalinya dan mungkin akan menjadi yang terakhir kali. Dengan sekuat tenaga aku melemparkan bumerang itu keatas menuju langit. Aku mulai tersenyum saat bumerang itu meluncur keatas langit dengan sempurna. Aku rasa tugasku sudah selesai. Orang yang sok pintar yang berada disebelahku ini tak akan menyuruhku lagi untuk melakukan sesuatu yang tak pernah kumengerti.

    Tapi tiba-tiba terdengar seperti hembusan angin yang datang dari langit. Aku mendongakan kepalaku ke atas langit. Aku kaget bukan kepalang. Bumerang yang tadinya aku lempar keatas langit, tiba-tiba muncul, meluncur dengan kecepatan tinggi mengarah tepat di kepalaku. Aku tak mungkin sanggup menghindarinya. Aku benar-benar pasrah. Sekian detik, bumerang dengan kecepatan tinggi itu mengenai tepat di kepalaku. Aku benar-benar merasakan sakit yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Perlahan darah mengalir dari kepala bagian kiri. Aku menoleh kehadapn orang sok pintar itu yang kebetulan masih berdiri disampingku. Lau ia berkata, "kamu melakukan dengan sempurna." Tatapan matanya sangat sinis, ia benar-benar tidak peduli dengan apa yang terjadi, apa yang aku rasakan. Seakan-akan orang yang memang pantas disebut penjahat berdasi itu tidak pernah diajarkan rasa empati di sekolah. Saat itu pula, dirinya langsung kabur begitu saja. Dan saat itu pula, aku mulai berpikir, bahwa orang ini benar-benar ingin menyakitiku. Lebih tepatnya ingin membunuhku secara perlahan.

    Sumber gambar: pixabay
    Artikel : Pagishare.blogspot.com 

    0 Response to "Kisah Penjahat Berdasi"

    Post a Comment

    Iklan Atas Artikel

    Iklan Tengah Artikel 1

    Iklan Tengah Artikel 2

    Iklan Bawah Artikel