Anak SD Jadi Pelakor PART 1 - Real Story
#Anak_SD_Jadi_P elakor
#Real_Story
By Melinda Maysari
Part 1
Dari dulu aku memang sudah kurang suka pada gadis kecil itu, entah kenapa. Pokoknya setiap melihat wajahnya aku jadi kesal sendiri. Perasaan tidak suka itu makin menjadi-jadi kala aku mendengar isu tentangnya baru-baru ini. Isu itu, cukup menggemparkan seantero kampung.
____________
Nama gadis kecil itu Rea. Kini ia sudah duduk di kelas enam sekolah dasar. Wajahnya cantik, dan memiliki senyuman yang menarik. Walaupun masih SD, namun ia sudah memiliki tubuh ideal bagai seorang gadis berusia dua puluh tahunan. Aneh memang, tapi mau bagaimana lagi, karena memang begitulah kenyataannya.
Di samping rumahku, ada seorang kuli bangunan yang bernama Andi. Bang Andi tetanggaku itu, tampan dan baru beranak satu. Kabarnya, rumah tangga Bang Andi kini sedang berantakan. Penyebabnya karena masalah ekonomi. Sambil mendinginkan kepala, istrinya yang bernama Tika, membawa serta bayi mereka pulang ke rumah orang tuanya. Kini, tinggallah Bang Andi di rumah seorang diri.
Awalnya, kami para tetangga tak ada yang curiga setiap melihat Rea sering lewat di depan rumah Bang Andi. Kami juga tak curiga kala Rea berdandan menor dan berlagak sok imut setiap Rea bertemu Bang Andi di warung keluargaku. Karena menurut kami, Rea itu masih kecil, dan tak perlu di curigakan. Kami cuek saja, tak ada yang menggubris. Kami biarkan Rea mengobrol sepuasnya dengan Bang Andi. Toh, mungkin Rea sudah menganggap Bang Andi itu sebagai omnya.
Di suatu sore, aku sibuk menyapu di halaman rumah sambil bersiul-siul kecil. Di saat aku sedang sibuk menyapu itu, Rea lewat dan menyapaku. Aku mengangguk sedikit, walau tidak suka padanya, bukan berarti aku harus bersikap kasar, 'kan? Penampilan Rea kali ini lebih menor dari pada biasanya. Bedak tebal, lipstik merah, dan pakai maskara. Heran! kok bisa ya, ibunya mengizinkan anaknya berpenampilan seperti itu? temanku yang sudah kelas dua SMA saja tak di perbolehkan ibunya memakai lipstik ketika pergi jalan-jalan. Ini, baru aja kelas enam SD, make up nya sudah tebal begitu. Ah, sudahlah! aku geleng-geleng kepala memperhatikan penampilannya.
"Kenapa, Kak?" tanya Rea dengan kening mengkerut. Aku tersadar dari lamunan, dan segera mengalihkan pandang dari wajahnya kemudian melanjutkan menyapu. Karena aku tak menjawab, Rea meneruskan langkah. Yap, dia merubah cara berjalannya tatkala melihat Bang Andi duduk di serambi rumah. Yang biasanya jalannya normal, kini dilenggak-lengg okkan bagai orang lagi Fashion Show.
"Om Andi lagi ngapain, tuh?" tanya Rea dengan suara genit. Aku diam-diam memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Lagi nyantai aja, Re. Rea dari mana?" tanya Bang Andi dengan suara datar. "Dari rumah teman." tanpa permisi, Rea langsung duduk di sebelah Bang Andi. Duduknya lumayan dekat. Bahkan terkesan berdempetan. Bang Andi ku lihat santai saja dengan perbuatan Rea yang seperti itu.
"Tante Tika udah pulang belum, Om?"
"Dua hari lagi dia pulang," jawab Bang Andi.
"Oh ...." Rea menunduk. Dari suaranya, terdengar ada nada janggal. Seperti orang yang sedang kecewa gitu. "Kenapa memangnya?" tanya Bang Andi sambil sesekali melirikku. Tahu bahwa aku sedang di curigai, aku menunduk dan pura-pura menyapu lagi. Padahal sebenarnya pekerjaanku sudah beres, tapi karena kepo, aku masih berada di sana sambil menguping. Jujur, kini aku mulai curiga.
"Nggak ada, Om. Rea cuma nanya aja," Rea menjawab dengan suara pelan. Ia ikut-ikutan melirik ke arahku dengan pandangan gusar. Aku tahu, dia sedang berusaha menutupi sesuatu. Sampai senja perlahan datang, aku mulai berhenti menguping saat ibu menyuruhku membeli galon. Maklumlah, satu-satunya lelaki di keluarga ini hanya aku. Jadi, walaupun masih kelas dua SMA, semua kegiatan pertukangan, mengangkat serta mengambil galon dan sebagainya aku yang melakukan semenjak ayah tiada.
Semenjak sore itu, aku mulai mencurigai Rea dan Bang Andi. Seperti ada sesuatu di antara mereka. Khususnya dengan Rea, sikapnya terkesan janggal bagiku. Aku bertekad untuk mencari tahu lebih banyak. Semua itu bukan karena aku ingin mengurusi hidup orang lain, tapi karena aku tak ingin membiarkan sebuah kejahatan ada di sekelilingku. Apalagi, Kak Tika itu sangat baik padaku. Jadi, apa salahnya aku membantunya sesekali?
_______________ ___
Cerita ini nyata, namun saya mengubah sedikit alurnya dan menyamarkan nama-nama tokoh dari cerita ini.
#Real_Story
By Melinda Maysari
Part 1
Dari dulu aku memang sudah kurang suka pada gadis kecil itu, entah kenapa. Pokoknya setiap melihat wajahnya aku jadi kesal sendiri. Perasaan tidak suka itu makin menjadi-jadi kala aku mendengar isu tentangnya baru-baru ini. Isu itu, cukup menggemparkan seantero kampung.
____________
Nama gadis kecil itu Rea. Kini ia sudah duduk di kelas enam sekolah dasar. Wajahnya cantik, dan memiliki senyuman yang menarik. Walaupun masih SD, namun ia sudah memiliki tubuh ideal bagai seorang gadis berusia dua puluh tahunan. Aneh memang, tapi mau bagaimana lagi, karena memang begitulah kenyataannya.
Di samping rumahku, ada seorang kuli bangunan yang bernama Andi. Bang Andi tetanggaku itu, tampan dan baru beranak satu. Kabarnya, rumah tangga Bang Andi kini sedang berantakan. Penyebabnya karena masalah ekonomi. Sambil mendinginkan kepala, istrinya yang bernama Tika, membawa serta bayi mereka pulang ke rumah orang tuanya. Kini, tinggallah Bang Andi di rumah seorang diri.
Awalnya, kami para tetangga tak ada yang curiga setiap melihat Rea sering lewat di depan rumah Bang Andi. Kami juga tak curiga kala Rea berdandan menor dan berlagak sok imut setiap Rea bertemu Bang Andi di warung keluargaku. Karena menurut kami, Rea itu masih kecil, dan tak perlu di curigakan. Kami cuek saja, tak ada yang menggubris. Kami biarkan Rea mengobrol sepuasnya dengan Bang Andi. Toh, mungkin Rea sudah menganggap Bang Andi itu sebagai omnya.
Di suatu sore, aku sibuk menyapu di halaman rumah sambil bersiul-siul kecil. Di saat aku sedang sibuk menyapu itu, Rea lewat dan menyapaku. Aku mengangguk sedikit, walau tidak suka padanya, bukan berarti aku harus bersikap kasar, 'kan? Penampilan Rea kali ini lebih menor dari pada biasanya. Bedak tebal, lipstik merah, dan pakai maskara. Heran! kok bisa ya, ibunya mengizinkan anaknya berpenampilan seperti itu? temanku yang sudah kelas dua SMA saja tak di perbolehkan ibunya memakai lipstik ketika pergi jalan-jalan. Ini, baru aja kelas enam SD, make up nya sudah tebal begitu. Ah, sudahlah! aku geleng-geleng kepala memperhatikan penampilannya.
"Kenapa, Kak?" tanya Rea dengan kening mengkerut. Aku tersadar dari lamunan, dan segera mengalihkan pandang dari wajahnya kemudian melanjutkan menyapu. Karena aku tak menjawab, Rea meneruskan langkah. Yap, dia merubah cara berjalannya tatkala melihat Bang Andi duduk di serambi rumah. Yang biasanya jalannya normal, kini dilenggak-lengg
"Om Andi lagi ngapain, tuh?" tanya Rea dengan suara genit. Aku diam-diam memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Lagi nyantai aja, Re. Rea dari mana?" tanya Bang Andi dengan suara datar. "Dari rumah teman." tanpa permisi, Rea langsung duduk di sebelah Bang Andi. Duduknya lumayan dekat. Bahkan terkesan berdempetan. Bang Andi ku lihat santai saja dengan perbuatan Rea yang seperti itu.
"Tante Tika udah pulang belum, Om?"
"Dua hari lagi dia pulang," jawab Bang Andi.
"Oh ...." Rea menunduk. Dari suaranya, terdengar ada nada janggal. Seperti orang yang sedang kecewa gitu. "Kenapa memangnya?" tanya Bang Andi sambil sesekali melirikku. Tahu bahwa aku sedang di curigai, aku menunduk dan pura-pura menyapu lagi. Padahal sebenarnya pekerjaanku sudah beres, tapi karena kepo, aku masih berada di sana sambil menguping. Jujur, kini aku mulai curiga.
"Nggak ada, Om. Rea cuma nanya aja," Rea menjawab dengan suara pelan. Ia ikut-ikutan melirik ke arahku dengan pandangan gusar. Aku tahu, dia sedang berusaha menutupi sesuatu. Sampai senja perlahan datang, aku mulai berhenti menguping saat ibu menyuruhku membeli galon. Maklumlah, satu-satunya lelaki di keluarga ini hanya aku. Jadi, walaupun masih kelas dua SMA, semua kegiatan pertukangan, mengangkat serta mengambil galon dan sebagainya aku yang melakukan semenjak ayah tiada.
Semenjak sore itu, aku mulai mencurigai Rea dan Bang Andi. Seperti ada sesuatu di antara mereka. Khususnya dengan Rea, sikapnya terkesan janggal bagiku. Aku bertekad untuk mencari tahu lebih banyak. Semua itu bukan karena aku ingin mengurusi hidup orang lain, tapi karena aku tak ingin membiarkan sebuah kejahatan ada di sekelilingku. Apalagi, Kak Tika itu sangat baik padaku. Jadi, apa salahnya aku membantunya sesekali?
_______________
Cerita ini nyata, namun saya mengubah sedikit alurnya dan menyamarkan nama-nama tokoh dari cerita ini.
Gambar Ilustrasi: Pinterest |
0 Response to "Anak SD Jadi Pelakor PART 1 - Real Story"
Post a Comment